pra 6K @ ihsg (tgl 19/23 Oktober 2017): analisis teknikal IHSG

per tgl 24 Oktober 2017: 
stochastic: daya beli saham @ IHSG kuat, malah jelang area JENUH BELI (80-100).
bollinger band: tren IHSG 5952 dah dekat 5970 (batas atas BB), berarti ekspektasi mendekati rekor tertinggi lage bisa teraih
parabolic sar: momentum beli maseh ada, cukup kuat
ekspektasi 6K bukan mimpi di siang bolong, apalagi kestabilan ekonomi kita n global di akhir taon 2017 akan mendukung analisis teknikal ini. 
🍧
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi beli investor domestik memanaskan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada perdagangan Selasa (24/10), IHSG berhasil menyentuh rekor tertingginya di level 5.952,07. IHSG juga sempat menembus level 5.974,20 kemarin.
Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Kapital, menilai, dengan kondisi makroekonomi yang masih positif, bukan tak mungkin IHSG akan mengukir rekor baru di pekan ini. "Bahkan ada potensi level 6.000 terealisasi dalam pekan ini," kata Alfred pada KONTAN, kemarin.
Ia menyebut, beberapa katalis positif yang dapat mendorong naik IHSG. Di antaranya, tingkat inflasi yang diprediksi masih di bawah 4% serta optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,4% tahun ini.
Rilis laporan keuangan sejumlah emiten di kuartal III-2017 juga menunjukkan performa positif. Pada paruh pertama tahun ini saja, dengan pertumbuhan ekonomi 5%, emiten-emiten yang terdaftar di BEI bisa mencetak kenaikan kinerja keuangan 18%.
Menurut Alfred, sektor konstruksi berpotensi menjadi motor IHSG di sisa tahun ini. Pasalnya, price to earning ratio (PER) sektor ini sudah di bawah 10 kali. Sehingga, potensi kenaikan sahamnya cukup besar. Hingga akhir tahun nanti, Alfred memprediksi IHSG masih bisa bertengger di level 6.000-6.200.
Saham pilihan asing
Pada perdagangan kemarin, IHSG masih diwarnai net sell investor asing Rp 76,16 miliar. Namun, angka ini terbilang mengecil ketimbang net sell yang dibukukan investor asing beberapa pekan sebelumnya.
Pada Jumat pekan lalu (20/10), investor asing justru mulai melakukan aksi beli dengan mencatat total net buy sebesar Rp 626,34 miliar. Net buy tersebut berlanjut pada perdagangan Senin (23/10), dengan nilai Rp 374,94 miliar.
Beberapa saham yang banyak dibeli investor asing diantaranya, BUMI, DMAS, PGAS, WSBP, WTON.WIKA, BBRI dan HMSP. Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia, mengatakan, net buy investor asing berhubungan dengan pernyataan pemerintah yang optimistis adanya kenaikan peringkat utang Indonesia oleh Standard & Poor's. "Investor asing kembali mengoleksi saham-saham LQ-45 dengan selektif, terutama pada saham-saham yang telah terkoreksi dalam," ujar Bertoni.
Saham-saham seperti BUMI, BBRI, PGAS, WTON dan WIKA dinilai masih cukup menarik. Apalagi, sembari menanti laporan keuangan kuartal III-2017, banyak yang mulai trading saham-saham ini dalam jangka pendek.
Selain diburu karena telah jatuh cukup dalam, saham-saham ini juga memiliki likuiditas yang besar. "Laporan keuangan mereka juga diestimasi lebih baik dari sebelumnya," tambah Bertoni.
Dia memperkirakan, masih ada ruang pertumbuhan pada saham BUMI sampai dengan Rp 300, BBRI hingga Rp 15.900, PGAS sampai Rp 2.000, WTON sampai dengan Rp 690 dan WIKA sampai dengan Rp 2.180.
Raphon Prima, Analis NH Korindo Sekuritas, mengungkapkan, sebaiknya saat ini investor tetap menunggu rilis kinerja kuartal III-2017. "Karena pembelian asing baru dua hari, masih ada risiko apabila kinerja kuartal III-2017 perusahaan tersebut mengecewakan," ujar dia.
Di sisi lain, beberapa saham tercatat masih banyak yang menjadi sasaran aksi jual investor asing. Misalnya, saham TLKM yang masih banyak dilepas oleh pemodal asing sejak pekan lalu. Selama sepekan, nilai net sell asing di saham TLKM sudah mencapai Rp 1,49 triliun.
Raphon menilai, investor asing juga tengah melakukan rebalancing portofolio. Ini karena nilai tukar rupiah sedang melemah. "Ini membuat investor asing merealisasikan keuntungan terlebih dahulu," ujar dia.
Menurut Alfred, banyaknya aksi jual sepanjang tahun ini disebabkan dua hal. Pertama, investor domestik kini mendominasi. Kedua, ada perpindahan kepemilikan dari asing ke domestik lantaran tax amnesty.
🌷
Jakarta – Kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali menciptakan rekor baru. Beberapa menit setelah pembukaan sesi pertama perdagangan Senin (23/10), kapitalisasi pasar BEI telah menembus angka Rp 6.602,76 triliun
Berdasarkan data BEI, pagi ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di level 5.946,15 poin atau menguat 0,28 persen dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu di level 5.929,54 poin. IHSG sempat menguat ke level 5.956,58 poin sebelum terus melanjutkan penguatannya di perdagangan hari ini.
Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, IHSG kembali melanjutkan penguatannya di sepanjang periode 16 hingga 20 Oktober 2017 sebesar 0,09 persen ke level 5.929,54 poin dari level 5.924,12 poin pada akhir pekan sebelumnya. Kenaikan IHSG juga diikuti dengan peningkatan kapitalisasi pasar sebesar 0,12 persen menjadi Rp 6.518,07 triliun pada pekan ini dari Rp 6.509,77 triliun pada akhir pekan lalu.
Sepanjang pekan lalu, rata-rata nilai transaksi harian Bursa Efek Indonesia (BEI) juga meningkat 33,33 persen menjadi Rp 9,28 triliun dari Rp 6,96 triliun sepekan sebelumnya. Rata-rata volume transaksi harian BEI juga naik 12,26 persen menjadi 10,25 miliar unit saham dari 9,13 miliar unit saham pada sepekan sebelumnya.
Demikian juga dengan rata-rata frekuensi transaksi harian BEI yang pada pekan lalu kenaikannya 14,33 persen menjadi 329.470 kali transaksi dari 288.150 kali transaksi.



Sumber: BeritaSatu.com
Bisnis.com, JAKARTA—Jelang akhir 2017, indeks harga saham gabungan bergerak (IHSG) terus menguat dan mencoba untuk mencetak rekor baru. Sejumlah sekuritas optimistis pergerakan IHSG akan sejalan dengan target.
Pada penutupan kemarin, Senin, (23/10/2017), IHSG ditutup menguat 0,34% atau sekitar 20,47 poin ke level 5.950. Pada menit awal pembukaan, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat cetak rekor baru yakni Rp6.602 triliun.
Sepanjang bulan ini, walau indeks bergerak bervariasi. Namun, tercatat IHSG dua kali mencetak rekor baru. Pada penutupan Selasa (3/10/2017). IHSG ditutup pada level 5.939.
Selang sehari, Rabu, (4/10/2017) IHSG kembali sentuh level baru pada 5.967 pada pertengahan perdagangan dan ditutup pada level 5.951.
Head of Research Reliance Securities Robertus Yanuar mengungkapkan pihaknya masih optimis IHSG bisa bergerak hingga level 6.000 jelang akhir tahun.
Robertus mengungkapkan jika level support IHSG masih bisa dijaga pada kisaran 5.850 hingga 5.900, pihaknya optimistis IHSG bisa bergerak pada kisaran level 5.950 hingga 6.000.
“Kami masih optimis indeks masih dapat bergerak di kisaran 5.950 hingga 6.000 menjelang akhir tahun,” ujarnya, Senin (23/10/2017).
Hal senada diungkapkan oleh Associate Director Sinarmas Sekuritas Jeffrosenberg Tan yang menjelaskan pihaknya masih optimis pada target awal IHSG yakni 6.000.
“Masih optimis dengan level 6.000 dan tidak jauh dari itu,” ujarnya.
Adapun, Analis OSO Sekuritas Riska Afriani mengungkapkan pihaknya sempat melakukan koreksi target IHSG yakni dari 6.100 menjadi 5.950. Koreksi tersebut dilakukan pada saat ketegangan geopolitik antara Korea Utara dan Amerika Serikat.
Namun, seiring berjalannya waktu dan pergerakan indeks justru tetap naik dan berusaha mencetak rekor baru, pihaknya kembali menargetkan IHSG masih bisa bergerak ke level 6.000.
“Target IHSG kami 5.950, namun saat ini ada potensi ke 6.000 dan masih optimis bisa ke level 6.000,” ujarnya.
🐝
Bisnis.com, JAKARTA - Pergerakan IHSG menurut sejumlah analis akan mengalami tekanan, meski mampu menunjukkan penguatannya.
Binaartha Securities memproyeksikan IHSG akan lanjutkan koreksi sehat dalam transaksi hari ini.
Analis Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan IHSG ditutup melemah 0.30% di level 5929.201 pada 18 Oktober 2017.
Berdasarkan daily pivot dari Bloomberg, support pertama dan kedua berada pada level 5902.544 dan 5875.888. Sementara itu, resistance pertama dan kedua berada pada level 5956.929 dan 5984.658.
Berdasarkan indikator daily, MACD telah menunjukkan pola golden cross di area positif. Sementara itu, Stochastic dan RSI masih berada di area netral.
Meskipun demikian, terlihat pola black opening bozu candle yang mengindikasikan adanya potensi koreksi sehat lanjutan pada pergerakan indeks saham.
"Dengan demikian, IHSG akan berpotensi menuju ke area support pada level 5902 dan 5876," tulisnya dalam riset.
Reliance Securities mengestimasi IHSG masih akan mengalami tekanan yang cukup tinggi dalam transaksi hari ini.
Analis Lanjar Nafi mengatakan memantul pada level upper bollinger bands memberi Indikasi pergerakan IHSG cenderung bearish jangka pendek kembali akan menguji level MA20 (5908) bahkan hingga MA50 (5876).
Indikator stochastic dead-cross pada level osilator jenuh beli dengan potensi tertekan yang cukup tinggi."Sehingga diperkirakan IHSG masih akan bergerak cenderung tertekan dengan range pergerakan 5900-5935," tulisnya dalam riset.
Saham-sahamyang masih dapat menjadi perhatian diantaranya INDF, LSIP, SMRA, TLKM, SMBR, AALI.
Indosurya Sekuritas kembali memproyeksikan IHSG masih akan menguat di level 5869 – 5967
Vice President Research Departement William Surya Wijaya mengatakan hari ini rilis data perekonomian tentang BI rate, disinyalir belum akan ada perubahan terhadap suku bunga acuan.
Pergerakan IHSG juga terlihat akan berada dalam kondisi stabil, terlihat dari sisi fundamental perekonomian yang masih cukup kuat menopang sisi perekonomian kita.
"Hari ini IHSG berpotensi menguat," tulisnya dalam riset.
🍺
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pasar saham Amerika Serikat ditutup sumringah, Rabu (18/10). Bahkan, Dow Jones Industrial Average mengukir rekor baru dengan menembus level 23.000.
Mengutip CNBC, indeks Dow Jones melesat 160,16 poin atau 0,70% sehingga bertengger di 23.157,60. Ini rekor penutupan tertinggi sepanjang sejarah. Laju indeks terutama disokong saham IBM yang melonjak hampir 9%. Pasalnya, raksasa teknologi ini melaporkan kinerja kuartalan yang lebih baik dari perkiraan.
"Pada akhirnya, ini hanya faktor psikologis. Tapi, apa yang berlangsung memicu pertanyaan seberapa banyak kenaikan yang bakal terjadi," kata Jeff Carbone, Managing partner Cornerstone Financial Partners, seperti dilansir CNBC.
"Semua data ekonomi menunjukkan bahwa kita memiliki lebih banyak ruang untuk naik. Saya tidak akan terkejut jika mencapai 24.000 pada akhir tahun ini, terutama jika reformasi perpajakan dilakukan," imbuh Carbone.
Dua indeks lain di Wall Street juga menghijau. Indeks S&P 500 naik 1,90 poin atau 0,07% menjadi 2.561,26. Lalu, Nasdaq menguat 0,56 poin atau 0,01% ke level 6.624,22.
Musim pendapatan dimulai dengan baik. Menurut Thomson Reuters I/B/E/S, sekitar 81% perusahaan yang telah merilis kinerja berhasil melampaui perkiraan laba, sementara 73% melebihi perkiraan penjualan
Bursa saham mencetak rekor tahun ini, dengan ketiga indeks utama telah naik lebih dari 10%.
"Sudah jelas apa yang dirayakan oleh pasar saham tahun ini. Dan itu adalah rebound pertumbuhan global dan harapan  pemotongan pajak AS, bersamaan dengan satu tahun quantitative easing (QE) yang masih besar dari ECB dan BoJ. Lonjakan suku bunga Fed, dan akhir dari QE ECB saya kira akan jadi persoalan tahun depan," kata Peter Boockvar, Kepala analis pasar di The Lindsey Group.

Comments