per tgl 02 Nov 2017, analisis teknikal sederhana @ TLKM :
stochastic: JENUH JUAL
batas bawah Bollinger Band: 3889 tidak tembus, mantul naek @ 3950, menuju 4284
parabolic sar: daya beli amat lemah, tekanan maseh terasa karna daya mantul naek harga saham tlkm lom tembus lage 4100 k 4200
ekspektasi sederhana gw: daya beli amat lemah mesti berbalik dulu jadi daya beli sedang menuju kuat, tapi area jenuh jual mase ada ruang harga yang lebe rendah ... well, 4K menjadi uji support terkuat lah :)
pra Nov 2017:
stochastic : 21, amat lemah daya beli saham ini, momentum maseh jual saham ini lah ...bollinger band: tembus batas bawah BB @4263 k 4210, menunjukkan bahwa ada ekspektasi maseh akan tembus k 4100, 4000...
analisis teknikal sederhana: dalam 1 minggu k depan ekspektasi pembalikan arah bukan tak mungkin seh... namun dalam pekan ini akan terjadi konsolidasi d area 4200-4300 dulu lah ... well, liat aza :)
analisis sederhana ala warteg saham gw, ot C, @ IHSG pra BULLISHNESS November -Desember 2017
per tgl 27 Oktober 2017:
INILAHCOM, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia, Jumat (27/10/2017), ditutup melemah sebesar 20,56 poin dipicu aksi lepas saham oleh investor setelah mengalami penguatan tertinggi.
IHSG BEI ditutup melemah 20,56 poin atau 0,34 persen menjadi 5.975,28. Sementara itu kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 6,31 poin (0,63 persen) menjadi 985,17.
"IHSG terkoreksi dengan saham-saham sektor aneka industri, keuangan, dan properti yang paling dalam pelemahannya," kata Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi di Jakarta, Jumat (27/10/2017).
Ia menambahkan bahwa investor asing yang kembali melakukan aksi jual saham, terutama pada saham PT Telekomuikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turut menambah beban bagi IHSG.
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia pada akhir pekan ini (Jumat, 27/10), investor asing mencatatkan jual bersih atau "foreign net sell" di pasar reguler sebesar Rp82,66 miliar.
Kendati demikian, menurut dia, koreksi IHSG dinilai wajar setelah mencapai rekor tertingginya pada beberapa hari lalu. Pada Rabu (25/10) lalu, IHSG BEI berada di level 6.025,43 poin yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah di pasar modal.
Ia menambahkan bahwa cukup kuatnya optimisme pasar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi serta laporan keuangan emiten pada kuarta ketiga tahun ini juga diharapkan dapat mendorong IHSG kembali bergerak ke area positif.
Sementara itu tercatat frekuensi perdagangan sebanyak 312.114 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 8,698 miliar lembar saham senilai Rp9,484 triliun. Sebanyak 147 saham naik, 195 saham menurun, dan 113 saham tidak bergerak nilainya atau stagnan.
Bursa regional, di antaranya indeks bursa Nikkei naik 268,67 poin (1,24 persen) ke 22.008,45, indeks Hang Seng menguat 236,47 poin (0,84 persen) ke 28.438,85, dan Straits Times menguat 30,19 poin (0,90 persen) ke posisi 3.386,44. [tar]
🍇
per tgl 23 Oktober 2017, tren harga saham tlkm mulai tembus rentang 4300an lage :)
Bisnis.com, JAKARTA — Nilai transaksi broker pada kuartal III/2017 turun 15,44% secara year-on-year menjadi Rp794,59 triliun karena kurangnya sentimen positif dari domestik.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai transaksi broker pada kuartal III/2017 tersebut turun Rp145,12 triliun dari capaian sepanjang kuartal III/2016 yang tercatat sebesar Rp939,71 triliun.
Broker yang membukukan nilai transaksi terbesar sepanjang Juli-September 2017 yakni Morgan Stanley Indonesia. Perusahaan sekuritas asal Amerika Serikat ini menjadi perantara perdagangan saham dengan gross value sebesar Rp40,45 triliun.
Para periode tersebut, Morgan Stanley Indonesia paling banyak mentransaksikan saham emiten big cap berkode saham
- TLKM Rp5,52 triliun,
- BBRI Rp5,11 triliun,
- ASII Rp4,84 triliun,
- BMRI Rp4,69 triliun dan
- BBCA Rp4,57 triliun.
Adapun posisi kedua ditempati oleh CIMB Sekuritas Indonesia. Perusahaan efek ini membukukan transaksi saham senilai Rp35,12 triliun pada kuartal III/2017.
Saham yang paling banyak ditransaksikan melalui CIMB Sekuritas pun sama yakni saham-saham big cap, yakni ASII dengan gross value Rp2,49 triliun, TLKM Rp2,21 triliun, BBRI Rp1,8 triliun, BMRI Rp1,77 triliun dan BBCA Rp1,63 triliun.
Broker pelat merah, Mandiri Sekuritas menempati posisi ketiga dengan gross value sebesar Rp34,74 triliun sepanjang kuartal III/2017. Perusahaan efek yang dipimpin Silvano Rumantir ini paling banyak memperdagangkan SRIL sebesar Rp3,07 triliun.
Sementara empat saham terbesar lainnya yang ditransaksikan oleh Mansek pun saham dengan kapitalisasi terbesar yakni BMRI Rp2,31 triliun, ASII Rp1,99 triliun, TLKM Rp1,7 triliun dan BBRI Rp1,69 triliun.
Sekuritas asing Mirae Asset Sekuritas Indonesia, CLSA Indonesia dan PT Citigroup Sekuritas menyusul pada peringkat ke-4 hingga ke-6 dalam jajaran broker dengan nilai transaksi terbesar pada kuartal III/2017. Mayoritas saham yang ditransaksikan merupakan saham-saham emiten bluechip seperti BBCA, BMRI, TLKM dan BBRI.
Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengungkapkan penurunan transaksi saham salah satunya karena pasar sedang konsolidasi sehingga aktifitas trading untuk mendapatkan profit cukup sulit. Proyeksi untuk kuartal IV/2017 pun belum diperkirakan akan berubah kecuali indicator makroekonomi.“Tidak banyak katalis positif lagi. Kuartal IV/2017 pun tidak bisa diharapkan ada katalis positif kecuali indicator makroekonomi,” ujarnya, Senin (9/10).
Terkait aksi jual asing yang terus terjadi di pasar Indonesia, Budi melihat investor asing memang banyak profit taking sembari menunggu potensi indeks terkoreksi kembali. “Namun, belum tentu juga apabila domestik tetap optimis dan terus melakukan aksi beli,” tambahnya.
Seperti diketahui, hingga penutupan perdagangan Senin (9/10), investor asing masih terus membukukan aksi jual bersih. Kemarin, asing membukukan aksi jual bersih sebesar Rp266,71 triliun dan membuat akumulasi jual bersih asing sebesar Rp14,76 triliun.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia kontribusi investor domestik dalam perdagangan saham terus meningkat. Pada kuartal III/2017, kontribusi investor domestik sebesar 64% dan asing sebesar 36%.
🌷
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks perbankan masih menjadi primadona dan menjadi penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga saat ini. Jika dilihat Indeks perbankan saat ini sudah mencatatkan kenaikan sebesar 26,9%. Kenaikan ini jauh melebihi kenaikan harga Indeks yang berada di angka 11,9%.
Saham-saham bank tak pelak jadi penggerak IHSG, beberapa saham bank yang menjadi penggerak IHSG di antaranya adalah BBCA, BBRI, BMRI, dan juga BBNI. Keempat saham bank ini masuk ke dalam 10 besar saham penggerak indeks secara year to date (ytd).
Beberapa saham juga masuk ke dalam jajaran saham penggerak Indeks, di antaranya UNVR, UNTR,TLKM, INKP, TPIA, dan juga BRPT. Beberapa saham ini memang mencatatkan kinerja cukup gemilang di tahun 2017 ini sehingga secara fundamental juga baik pula.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan, saham bluechip dari sektor perbankan memang menjadi penyumbang terbesar bagi kenaikan indeks mengingat saat ini saham perbankan sudah mencatatkan kenaikan yang cukup tinggi.
Saham-saham yang masuk ke dalam basic industry seperti TPIA dan juga BRPT, menurut Hans bisa menjadi penggerak indeks karena performa kerja perusahaan yang semakin membaik. Sebagai informasi saja, dengan melemahnya harga minyak dunia, bahan baku TPIA yakni nafta mencatatkan penurunan yang signifikan sehingga mendongkrak margin dari produsen petrokimia ini.
Sementara saham penggerak IHSG yang lain yakni INKP diuntungkan harga saham yang masih relatif murah. "Valuasi saham relatif agak murah, price earning ratio (PER)nya murah," kata Hans, Minggu (22/10).
Menurut Hans, baik INKP dan juga BRPT masih berpeluang untuk mencatatkan kenaikan hinga akhir tahun. Hans menyarankan untuk membeli kedua saham ini. Selain itu, Hans juga bilang bahwa tak ada salahnya untuk mempertimbangkan saham TLKM.
Terkait dengan saham sektor yang kemungkinan bisa menggeser posisi sepuluh besar ini, Hans memprediksi sektor konstruksi bisa menjadi perhatian. Sementara itu, untuk saham sektor pertambangan menurutnya akan agak sulit menyusul lantaran meski harga komoditas mencatatkan kenaikan, namun kenaikan komoditas hanya berjalan perlahan.
🍀
Bisnis.com, JAKARTA—Keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga 7 days repo rate di level 4,25% sesuai ekspektasi pelaku pasar membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menghijau dan investor asing melakukan aksi beli bersih.
Pada penutupan perdagangan Jumat (20/10/2017), IHSG naik 19,02 poin atau 0,32% menjadi 5.929,55. Sepanjang 2017, indeks tumbuh 11,95%.
Investor asing kemarin membukukan aksi beli Rp626,35 miliar, setelah 5 sesi sebelumnya melakukan net sell. Sepanjang tahun ini tercatat aksi jual nasabah asing mencapai Rp18,64 triliun.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengungkapkan, keputusan BI mempertahankan suku bunga dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) membuat selera pasar domestik dan mancanegara meningkat. Oleh karena itu, indeks kembali menghijau dan investor asing melakukan net buy.
“Namun demikian, masih terlalu cepat untuk menyimpulkan asing akan kembali lagi ke pasar modal Indonesia,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (20/10/2017).
Menurutnya, ada 2 faktor yang membuat investor asing gencar melakukan aksi jual sejak pekan ketiga September 2017. Pertama, mereka melakukan profit taking saat IHSG sudah menanjak tinggi dan valuasinya terbilang mahal.
Kedua, rencana kebijakan Federal Reserve dalam melakukan pengetatan kebijakan moneter. Bank Sentral AS itu dipercaya akan melakukan normalisasi aset pada bulan ini dan pengerekan suku bunga pada Desember 2017.
“Sentimen ini kemudian juga membuat dolar menanjak dan melemahkan rupiah. Efeknya bond dan pasar saham kita ikut tertekan. Peningkatan dolar membuat investor asing keluar dari emerging market,” paparnya.
Dalam sepekan ini, ada tiga saham yang menjadi sorotan utama karena mengalami aksi jual investor asing paling dalam, yakni TLKM, ASII, dan BBCA. Namun demikian, menurut Hans, aksi jual asing yang mendera ketiganya masih terbilang wajar.
Saham TLKM melesu setelah tersandung isu belum tuntasnya kewajiban perusahaan terhadap PT Citra Sari Makmur, sebagai mantan mitranya. Adapun ASII tertekan oleh indikasi berkurangnya market share perseroan di pasar otomotif.
Sementara itu, saham BBCA dinilai sudah terlalu mahal. Hans menyebutkan, harga wajar saham BBCA ialah Rp19.000-an dari penutupan kemarin, Jumat (20/10) di level Rp20.350.
Kendati ada kemungkinan net sell asing berlanjut, IHSG masih diproyeksi bullish. Dia memperkirakan indeks dapat menembus level 6.000 pada tahun ini.
Comments
Post a Comment