per tgl 08 Nov 2017, harga saham PGAS @ 1815 neh:
Bisnis.com, JAKARTA - Oso Securities memprediksi IHSG akan
bergerak menguat terbatas di kisaran 5,928-5,965.
Bisnis.com, JAKARTA - Oso Securities memprediksi IHSG akan
bergerak menguat terbatas di kisaran 5,928-5,965.
Tim Analis Oso Securities menyebutkan secara teknikal, IHSG sempat menguji resistance terdekat di level 5,958 kemudian kembali bergerak di area inside bar candle.
Stochastic berpeluang golden cross, RSI netral dan MACD masih bergerak positif.
"Kami perkirakan hari ini IHSG akan bergerak menguat terbatas di kisaran 5,928-5,965," tulisnya dalam riset.
Saham-saham yang memiliki potensi kenaikan diantaranya : BEST, BRPT, DOID, EXCL, MAPI, MIKA, PGAS, RALS, SSIA dan SSMS.
Pada perdagangan awal pekan ini (23/10), IHSG berhasil ditutup menguat 0.35% ke level 5,950.02. Delapan dari sepuluh indeks sektoral berada dalam zona hijau, dimana sektor pertambangan dan industri dasar memimpin kenaikan sebesar 1.64% dan 0.81%.
Penguatan pada sektor pertambangan terangkat oleh peningkatan harga minyak mentah sebesar 0.54% ke level USD 52.12 per barel seiring dengan persediaan minyak mentah AS yang turun 15% dari rekor tertinggi pada bulan Maret.
Berikut beberapa saham yang menjadi penggerak indeks : BBCA, HMSP, RIMO, BYAN dan ASII. Saham BBCA menguat
signifikan sebesar 3.19% mendorong IHSG ke teritori positif, dimana BBCA memiliki 7,6% terhadap total kapitalisasi pasar BEI.
Pelaku pasar optimis akan rilisnya kinerja keuangan sektor perbankan kuartal III seiring kuatnya fundamental ekonomi
domestik.
signifikan sebesar 3.19% mendorong IHSG ke teritori positif, dimana BBCA memiliki 7,6% terhadap total kapitalisasi pasar BEI.
Pelaku pasar optimis akan rilisnya kinerja keuangan sektor perbankan kuartal III seiring kuatnya fundamental ekonomi
domestik.
Adapun sejak awal tahun hingga 23 Oktober, nilai kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia berhasil tumbuh sebesar 14.85%
menjadi Rp 6,614.25 triliun dibanding Januari sebesar Rp 5,758.70 triliun.
menjadi Rp 6,614.25 triliun dibanding Januari sebesar Rp 5,758.70 triliun.
stochastic: masuk area JENUH BELI tuh, koreksi dulu, ntar dorongan beli yang kuat akan membalikkan koreksi lage menuju tren harga saham yang bullish
bollinger band: tembus batas atas 1745, ekspektasi menuju 1800 bukan mimpi siang bolong
parabolic sar: momentum beli kuat tuh
ekspektasi jangka panjang s/d taon politik, 2018, mungkin pgas bisa lentur k harga saham tertinggi dalam setaon terakhir, yaitu d 3010, lage
bollinger band: tembus batas atas 1745, ekspektasi menuju 1800 bukan mimpi siang bolong
parabolic sar: momentum beli kuat tuh
ekspektasi jangka panjang s/d taon politik, 2018, mungkin pgas bisa lentur k harga saham tertinggi dalam setaon terakhir, yaitu d 3010, lage
🌴
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten mulai mencatatkan aksi beli oleh investor asing yang cukup besar dibandingkan aksi beli pada emiten lainnya. Padahal, beberapa bulan terakhir IHSG mencatatkan net sell asing.
Pada Jumat lalu (20/10), asing mencatatkan net buy sebesar Rp 626,34 miliar. Net buy tersebut masih berlanjut pada perdagangan Senin (23/10), dengan tercatat sebesar Rp 374,94 miliar.
Pada periode yang sama, Jumat lalu, ada beberapa emiten yang membukukan net buy asing paling besar. Diantaranya BUMI, DMAS, PGAS, WSBP, dan WTON. Sedangkan pada perdagangan Senin (23/10), tercatat pula emiten yang membukukan net buy terbesar, yaitu BUMI, WIKA, WTON, BBRI, dan HMSP.
Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menyatakan, net buy oleh asing tersebut berhubungan dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan pada akhir pekan lalu bahwa peringkat utang Indonesia akan revisi oleh S&P dalam waktu dekat.
"Sinyal positif tersebut disambut positif oleh investor asing dengan membukukan pembelian bersih. Asing kembali mengoleksi saham-saham LQ45 dengan selektif pada saham-saham yang telah terkoreksi. Seperti BUMI, BBRI, PGAS, WTON, dan WIKA," ujar Bertoni kepada KONTAN, Selasa (24/10).
Menurutnya, kelima emiten tersebut masih cukup menarik. Sebab, laporan keuangan kuartal III-2017 masih belum keluar. Sehingga cocok untuk trading jangka pendek. Selain saham tersebut diburu karena telah jatuh cukup dalam, emiten tersebut juga memiliki likuiditas yang besar. "Juga diestimasi laporan keuangan kuartal III-2017 lebih baik dari sebelumnya," tambahnya.
Dia memperkirakan masih ada ruang bertumbuh pada BUMI sampai dengan level Rp 300, BBRI sampai dengan Rp 15.900, PGAS sampai dengan Rp 2.000, WTON sampai dengan Rp 690, dan WIKA sampai dengan Rp 2.180.
Di sisi lain, emiten kelas kakap seperti TLKM justru mencatatkan net sell oleh investor asing. Pada perdagangan Jumat dan Senin lalu, asing masih membukukan net sell pada saham TLKM. Hingg perdagangan Selasa (24/10), saham TLKM masih mencatatkan net sell asing sebesar Rp 17,82 miliar. Sedangkan selama sepekan terakumulasi net sell asing sebesar Rp 1,49 triliun.
Bertoni menyebut, beberapa kabar negatif TLKM membuat asing hengkang. Diantaranya mulai dari anak usaha TLKM digugat Rp16 triliun oleh mitranya.
"Lalu, dugaan hancurnya satelit Telkom-1 di orbit geostasioner, seperti dikutip dalam laporan ExoAnalytic yang dipublikasikan oleh Arstechnica. Kabar negatif setelah TLKM mencetak rekor baru di level 4.800. Diharapkan dalam jangka pendek keluar laporan keuangan kuartal III-2017, sehingga peluang asing masuk lagi," ujarnya.
Comments
Post a Comment