per tgl 06 Desember 2017, bbri @ 3430 (tertinggi kembale seh pasca stock splits):
(catatan: 3430 sempat terbaca @ menu portofolio saham gw @ warteg ot B; namun lom tercatat @ grafik)... ekh setidaknya yang tercatat @ warteg ot B gw @ 3420 neh:
wow malah manjat k 3450 neh:
per tgl 04 Desember 2017, tren bearish jangka pendek @ harga saham BBRI dah terjadi, ekspektasi memasuki area jenuh jual bisa membantu naek lage k 3500 n bahkan 4K seh, well, liat dulu neh:
per tgl 22 Nov 2017 @ 3410, bbri mase unjuk gigi naek :
per tgl 20 11 20 17:
per tgl 17 11 17:
3310 @ tren harga saham BBRI, pasca stock splits... parabolic sar menunjukkan justru tlah terjadi TEKANAN @ daya beli saham... batas atas bollinger band : 3327, batas yang wajib ditembus pra 3500, atawa malah k 4000... well, ekspektasi gw: lom akan k 4K taon 2017 ini... mungkin kuartal 1 / 2018 bisa 4K akhirnya... liat aza :)
pra STOCK SPLITS (10 Nov 2017):
macd: beli mase bertenaga, walo mendekati batas bawah momentum beli
RSI: sinyal beli biasa-biasa aza, saat tren harga saham BBRI dah @ 15K
ekspektasi tetap positif, terutama PER di bawah 15 kali @ bbri
per tgl 03 November 2017: bbri @ 16K:
stochastic: jelas masuk area JENUH BELI banget, walo sedikit ada ruang naek harga s/d 16100
parabolic sar: momentum beli uda cukup panjang, berhati-hati bakal ada pembalikan arah, tapi daya beli yang kuat bisa aza berlanjut seh :)
bollinger band: batas atas 15900an tlah tembus, ada ekspektasi breakthrough ke atas, ekspektasi 16100 cukup lah
ekspektasi: 17059 tampak di grafik Yahoo Finance sebagai batas psikologis baru, mungkin 2018 lah
JAKARTA – Rilis laporan keuangan kuartal III-2017 kemungkinan masih dapat menjadi sentimen penggerak indeks saham di dalam negeri sepekan ke depan. Di sisi lain, investor sebaiknya menghindari menambah portofolio investasi di saham yang valuasinya sudah tinggi, setelah indeks harga saham gabungan (IHSG) mencetak rekor baru di level 6.025.
stochastic: jelas masuk area JENUH BELI banget, walo sedikit ada ruang naek harga s/d 16100
parabolic sar: momentum beli uda cukup panjang, berhati-hati bakal ada pembalikan arah, tapi daya beli yang kuat bisa aza berlanjut seh :)
bollinger band: batas atas 15900an tlah tembus, ada ekspektasi breakthrough ke atas, ekspektasi 16100 cukup lah
ekspektasi: 17059 tampak di grafik Yahoo Finance sebagai batas psikologis baru, mungkin 2018 lah
🍄
bbri @ pra 16K: JAKARTA – Rilis laporan keuangan kuartal III-2017 kemungkinan masih dapat menjadi sentimen penggerak indeks saham di dalam negeri sepekan ke depan. Di sisi lain, investor sebaiknya menghindari menambah portofolio investasi di saham yang valuasinya sudah tinggi, setelah indeks harga saham gabungan (IHSG) mencetak rekor baru di level 6.025.
“Satu pekan ke depan, momentum rilis laporan keuangan masih dapat menjadi sentimen (positif). Namun, setelah IHSG sempat menjangkau level baru 6.025, kemungkinan, sedikit sentimen negatif saja dapat langsung memengaruhi indeks. Sejumlah emiten, saat ini, valuasinya juga sudah tinggi,” kata analis PT Recapital Sekuritas Indonesia Kiswoyo Adi Joe kepada Investor Daily di Jakarta, akhir pekan lalu.
Untuk sepekan ke depan, Kiswoyo memprediksi, level support IHSG adalah 5.800. Sedangkan resistance-nya berada di level 6.100.
Di tengah tren net sell investor asing, lanjut dia, faktor utama penguatan indeks antara lain adalah dukungan investor institusi yang lebih kuat dari sebelumnya. Oleh karena itu, ia berharap investor institusi seperti perusahaan asuransi dan dana pensiun (dapen) dapat mempertahankan kepemilikan mereka di instrumen saham.
”Selama investor institusi di dalam negeri tidak keluar, indeks masih berpeluang menguat, walau investor asing masih net sell secara ytd (year to date),” ucap Kiswoyo.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG melemah 20,57 poin (0,34%) ke level 5.975 pada penutupan perdagangan saham Jumat (27/10). Ini setelah pada Kamis (26/10) IHSG ditutup dengan mencetak rekor baru pada level 6.025. Saat itu, investor asing membukukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 130,41 miliar.
Sementara itu, hingga pekan lalu, sejumlah emiten papan atas sudah mempublikasikan laporan keuangan kuartal III-2017. Ini, antara lain, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang hingga September lalu membukukan laba bersih yang naik 25,04%, menjadi Rp 15,07 triliun. Berikutnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatatkan laba bersih Rp 20,5 triliun (naik 8,2%), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan laba bersih Rp 6,41 triliun (naik 46,7%), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dengan laba bersih Rp 2,0 triliun (naik 23,68%).
Selain itu, sampai September lalu, PT Bank Permata Tbk (BNLI) membukukan laba bersih Rp 708 miliar, dibanding periode sama 2016 yang rugi bersih Rp 1,23 triliun. PT Bank Panin Tbk juga mencatatkan laba bersih Rp 2,19 triliun (naik 22,35%), demikian pula PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) dengan laba bersih Rp 1,7 triliun atau tumbuh sekitar 23%. (bersambung)
Baca selanjutnya di http://id.beritasatu.com/marketandcorporatenews/rekomendasi-saham/167248
🍋
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) makin mantap melaju menembus rekor baru. Rabu (25/10) pukul 9.10 WIB, IHSG menguat 20,56 poin atau 0,33% ke level 5.971,34.
Dari 10 sektor, hanya sektor infrastruktur yang tertinggal di zona merah dengan penurunan 0,43%. Sembilan sektor menguat dengan kenaikan tertinggi pada sektor tambang, yakni 1,28%.
Sektor industri dasar menguat 0,71%. Sektor perdagangan naik 0,52%. Sementara sektor keuangan menguat 0,38%. Sektor konstruksi naik 0,33%.
Sektor manufaktur mendaki 0,25%. Sektor perkebunan menguat 0,14%. Sektor barang konsumer menguat 0,13%. Sektor aneka industri mencatat penguatan terkecil, kurang dari 0,01%.
Di awal perdagangan, sebanyak 140 saham menguat, 55 saham turun, dan 109 saham flat. Top gainers pada indeks LQ45 terdiri dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan kenaikan 2,56%, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) 2,35%, dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) 2,19%.
Di arah sebaliknya, top loser terbesar pagi ini terdiri dari PT BPD Jawa Barat Tbk (BJBR) 7,69%, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) 1,42%, dan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) 1,42%.
Pemodal asing mencatatkan pembelian bersih Rp 4,54 miliar di seluruh pasar. Selain memimpin top gainers, BMRI pun menjadi saham dengan pembelian bersih asing terbesar, yakni Rp 38,9 miliar. Aksi beli asing juga tampak pada saham PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp 7,7 miliar, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 2 miliar.
Penjualan bersih asing masih terus terjadi pada saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Rp 23,7 miliar. Asing pun menjual bersih saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 12 miliar, dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) Rp 1 miliar.
🍉
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencetak laba per saham atau earning per share (EPS) cukup tinggi. Sepanjang tahun ini, ada 34 saham yang mencetak nilai EPS di atas Rp 100 per saham. 13 di antaranya adalah saham LQ45.
Emiten LQ45 yang mencetak EPS tertinggi adalah PT Gudang Garam (GGRM), dengan EPS Rp 641,81. Lalu, PT United Tractors (UNTR) memiliki EPS Rp 515,21 dan PT Bukit Asam memiliki (PTBA) EPS Rp 427,84.
BACA JUGA :
Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido menilai, saham dengan EPS tinggi terlihat menarik lantaran laba perusahaan cukup menunjang dan perhitungan secara jumlah lembar saham terbilang bagus. Meski demikian, hal itu tidak dapat dijadikan satu-satunya tolak ukur pemilihan saham. Indikator lain yang perlu diperhatikan adalah price to earning ratio (PER) dan volume perdagangan.
Ia mencontohkan, ada beberapa emiten dengan EPS tinggi namun memiliki return sepanjang tahun (ytd) rendah. Harga saham PT Matahari Department (LPPF) misalnya, malah turun 36,96%. Padahal EPS-nya tinggi.
Menurut Kevin, pelaku pasar sudah merespons emiten dengan EPS tinggi dengan valuasi PER yang murah. Ia menganjurkan untuk mencermati saham INDF dan AALI. INDF tercatat memiliki EPS Rp 121,43 dengan total return 6,6% dan PER 18,50 kali. Pada semester I-2017, laba INDF mencapai Rp 2,27 triliun meningkat 18% dari periode yang sama tahun 2016.
Kevin bilang, INDF dapat diakumulasi sebab fundamental perusahaannya bagus dan merajai pasar mi instan. Sementara AALI, memiliki PER 12,51% meski pergerakan sahamnya masih di level bottom. Kevin melihat AALI hanya terganjal harga CPO yang sideways.
Di sisi lain, Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, EPS yang tinggi belum tentu layak koleksi jika PER-nya juga mahal. "Kalau pertumbuhan EPS bagus tapi kalau PER nya udah ketinggian tentu akan jadi masalah," jelas Hans.
Selain itu menurut Hans, indikator yang perlu diperhatikan lagi adalah price to earning growth (PEG). PEG membandingkan PER dengan pertumbuhan perusahaan. "Jadi kalau seandainya emiten punya pertumbuhan EPS 20%, PER-nya sebaiknya tidak lebih dari 20 kali," ujar dia.
Cermati indikator lain
Analis First Asia Capital David Sutyanto mengatakan, beberapa indikator lain yang perlu dicermati dalam pemilihan saham adalah price to book value ratio dan dividend ratio. Ia bilang, pada dasarnya EPS bukan angka mutlak.
Pasalnya, EPS kadang terdistorsi dengan faktor-faktor lain seperti pendapatan anak usaha maupun pajak perusahaan. "Kita tidak hanya melihat bottom line tapi juga melihat top line. Jadi, perusahaan yang baik itu pendapatan naik dan EPS juga naik," tutur dia.
David menilai, saham dengan EPS tinggi yang menarik adalah saham perbankan seperti BBRI dan BBCA. BBRI memiliki EPS Rp 277,21 dengan PER 13,90 kali dan total return 38,20%. Sementara, itu BBCA memiliki EPS Rp 224,92 dengan PER 24,13 kali. "Saham bank masih berjaya tahun ini," tandas dia.
🌻
Bisnis.com, JAKARTA – Bankir mengklaim penurunan bunga kredit masih terganjal oleh tingginya suku bunga deposito spesial atau special rate yang diminta oleh deposan atau penabung. Akibatnya transmisi kebijakan moneter terhenti pada penurunan suku bunga simpanan.
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, memang tantangan saat ini adalah menurunkan suku bunga deposito special rate. Seperti, di perseroan, posisi bunga deposito spesial itu masih ada dikisaran 6%.
Seharusnya, deposito special rate itu bisa mendekati posisi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang saat berada pada kisaran 4,25%.
“Untuk itu, ekosistem persaingan deposito pun harus dibuat semakin sehat agar bunganya turun sehingga biaya dana bank juga rendah dan berujung kepada penurunan bunga kredit,” ujarnya, pekan ini.
Tiko, sapaan akrab Kartika, mengaku cukup sulit untuk menurunkan tingkat bunga deposito special rate karena segmentasi deposannya sangat terkosentrasi pada institusi, dana pensiun, dan asuransi besar.
“Jadi, selama masih ada bank yang memberikan suku bunga deposito tinggi, kami pun terpaksa juga menyesuaikan,” ujarnya.
Dia pun mengatakan, dalam penurunan suku bunga deposito pun bukan hanya bergantung kepada perbankan saja, tetapi juga deposan institusi yang memiliki dana besar agar tidak mudah tergoda dengan tingkat suku bunga deposito yang lebih besar.
Walaupun begitu, bank berkode emiten BMRI itu mengaku tingkat suku bunga kredit perseroan secara rata-rata sudah di bawah 10%.
Tiko menyebutkan, untuk segmen korporasi dan konsumer, seperti kredit pemilikan rumah (KPR) sudah berada di bawah 10%. “Memang, segmen mikro dan UKM [usaha kecil dan menengah] masih dua digit, tetapi itu perlahan juga akan terus diturunkan,” sebutnya.
Di sisi lain, dengan tingkat bunga deposito special rate dari bank besar yang masih berada di posisi tinggi pun mempengaruhi kemampuan bank kecil untuk menurunkan bunga simpanannya.
Direktur Utama PT Bank MNC Internasional Tbk. Benny Purnomo mengatakan, untuk peluang penurunan suku bunga deposito memang tergantung oleh tingkat suku bunga di pasar. Kalau posisi suku bunga deposito bank besar masih tinggi, berarti peluang penurunan bunga simpanan bank kecil pun jadi lebih sulit.
“Pengaruh deposito special rate bank besar akan sangat mempengaruhi bunga deposito kami [bank kecil]. Kalau mereka [bank besar] pasang special rate 6%, mau tidak mau kami pasar 100 bps lebih tinggi,” ujarnya.
Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk. Edy Kuntardjo mengatakan, sebenarnya perseroan saat ini berada pada posisi yang lebih berani menawarkan bunga deposito lebih rendah. Meskipun, ada bank besar yang menawarkan tingkat bunga lebih tinggi.
“Saat ini kan likuiditas masih longgar, jadi bank BUKU [bank umum kegiatan usaha] I dan II bisa negosiasi bunga lebih rendah,” ujarnya.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mencatat porsi deposan dengan suku bunga deposito special rate tidak terlalu banyak. Jadi, hal itu pun tidak menghambat perseroan untuk menurunkan tingkat bunga kredit.
Direktur Treasury & Internasional Bank Negara Indonesia Panji Irawan mengatakan, penurunan bunga deposito perseroan sudah selaras dengan tingkat penurunan suku bunga pasar.
“Selain itu, porsi deposan kami lebih banyak menggunakan counter rate ketimbang special rate,” ujarnya.
Untuk suku bunga dasar kredit (SBDK), bank berkode emiten BBNI itu telah menurunkan dua segmen kredit menjadi satu digit yakni, segmen korporasi dan ritel yang masing-masing 9,95%.
Dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Agustus 2017, penurunan suku bunga deposito dari kelompok bank, untuk tenor 1 bulan, bunga deposito BUKU II turun paling dalam sebesar 54 bps menjadi 6,86%.
Lalu, untuk tenor 3 bulan, bunga deposito BUKU III turun paling dalam sebesar 56 bps menjadi 6,7%. Pada tennor 6 bulan, suku bunga bank BUKU II turun paling dalam sebesar 60 bps menjadi 7,5%, dan tenor 12 bulan bunga deposito bank buku IV turun paling dalam sebesar 144 bps menjadi 6,46%.
Comments
Post a Comment